Kalimat di atas itu banyak dikutip di media sosial dan berbagai forum-forum akademis dan keagamaan. Tapi anehnya, mereka tak mampu membaca gejolak anarkisme yang terkandung di dalam kalimat itu. Faktanya, mereka masih saja berharap perubahan dan masih saja mau menggantungkan nasib hidupnya kepada presiden, DPR, gubernur, walikota, bupati, dan pejabat publik lainnya.
Pertanyaannya, apakah saya yang salah membaca makna atau mereka yang terlalu bermuka dua?
0 komentar:
Posting Komentar