Yang tidak kalah merusak otak dibanding narkoba adalah takhayul nasionalisme. Membuat orang terobsesi secara membabi buta pada doktrin keutuhan negara—hingga abai pada esensi kemerdekaan masyarakat tiap-tiap wilayah.
Senin, 13 Mei 2024
Kedaulatan Bandit Lebih Berbahaya Daripada Narkoba
Mengonsumsi narkoba jelas buruk. Tapi percaya pada negara yang secara terang-benderang dikelola oleh para bandit jauh lebih buruk. Itu sama dengan membiarkan diri kita setiap hari diperkosa, diperas, diperbudak atau sekadar dijadikan mainan para bandit tadi.
Kedaulatan di tangan rakyat jadinya hanya teori. Praktiknya: kedaulatan di tangan bandit.
Rabu, 08 Mei 2024
Pemerintahan Bangsat
Hanya butuh sedikit keterusterangan untuk mengatakan: pemerintahan yang sibuk membangun istana buat pejabatnya dan di saat yang sama abai pada kondisi sosial, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan masyarakatnya adalah pemerintahan bangsat.
Menjangkau Di Luar Akal
Pernyataan "tak semua hal bisa dijangkau akal" hanya tepat diucapkan oleh mereka yang sudah maksimal menggunakan akalnya, bukan mereka yang malas berpikir. Belum berjuang kok sudah menyerah?
CARA BERPIKIR ORANGTUA BIJAKSANA
Jika anakmu membandel, mendebat, menghina, membangkang, atau melawanmu, kau boleh saja menduga: mungkin ada yang salah pada anakmu. Tapi kalau kau orangtua yang bijak, maka mestinya dugaan pertama yang lebih patut kau kemukakan adalah ... apa mungkin ada yang salah pada diri saya sebagai orangtua? Sebab sebagaimana lazimnya, tidak ada tanaman yang buruk atau manusia yang buruk; yang ada hanya pembudidaya yang buruk.*
*dikutip dari novel Les Miserables karya Victor Hugo
Dilarang Membawa Masalah ke Kantor Polisi
Sering di transportasi publik kita jumpai ada peringatan "Dilarang membawa binatang". Buat saya ini jelas keliru, sebab secara filosofis, setiap manusia mengandung binatang dalam dirinya. Bahkan sains mutakhir membabarkan bahwa manusia itu primata alias binatang juga. Bedanya manusia adalah satu-satunya mamalia yang memiliki kombinasi otak yang relatif besar dan kompleks.
Namun berhubung masyarakat kita terlalu praktis untuk memperkarakan hal-hal semacam di atas, kiranya itu tak perlu disikapi serius. Apalagi jika sampai dibawa ke kantor polisi. Yang ada malah tambah runyam. Tahu sendiri.
Selasa, 07 Mei 2024
Depresi Pagliacci
Ada seorang pria ke dokter mengaku menderita depresi. Ia merasa dunia terlalu penuh dengan ancaman. Ia ingin sang dokter bisa mengobatinya. Sang dokter santai saja menjawab, itu mudah, pergilah ke kota, ada seorang komedian hebat yang bisa membuatmu senang dan tertawa sepanjang waktu. Namanya Pagliacci.
Mendengar itu si pasien malah menangis. Dengan sendu ia berkata: Akulah Pagliacci.
(Disadur dari film Watchmen, 2009)
Senin, 06 Mei 2024
Kegagalan Mencapai Inti Agama
Jika kita sepakat John Perkins bahwa inti agama besar dunia adalah keadilan sosial, secara implisit kita juga sepakat bahwa orang-orang yang mengaku diri beragama tetapi tidak memunyai hasrat atau kegandrungan pada keadilan sosial adalah orang-orang yang gagal meraih inti agama. Bukan begitu?
BAHAYA JIKA YANG MENJADI MAYORITAS ADALAH ORANG BODOH
Amatlah benar kata kaum cerdik pandai, jangan remehkan orang-orang bodoh yang berkerumun dalam jumlah banyak. Terutama di negara demokrasi yang secara prinsip rakyat berkuasa. Akan sangat berbahaya jika yang jadi mayoritas adalah yang kemampuannya dalam bernalar dan berpikir rasional jauh dari kompeten. Berabe!
ORANG YANG MENGUNGKAP DIRI LEWAT OBSESI DAN NEGASI YANG BERLEBIHAN
Orang yang ngebet pengin dihormati biasanya adalah orang yang justru tidak layak dihormati. Sementara orang yang sangat tidak menerima penghinaan biasanya adalah orang yang memang dari awal sudah lebih dulu menghinakan diri sendiri.
Kebenaran seringkali terungkap pada sikap seseorang yang berlebihan dalam menampakkan obsesi atau negasinya terhadap orang lain.
Jumat, 26 April 2024
Berhenti di Boomer
Semoga status merasa paling berjasa dan kebaikannya takbisa dibayarkan dengan harta sebanyak apa pun itu tamat di diri para boomer. Kiranya milenial, gen z, dan angkatan jaman selanjutnya tak mewarisi mental kalkulatif seperti itu.
Bahwa segala yang diberikan orangtua ke anak itu pada dasarnya kewajiban dan bukan pengorbanan. Bahwa orangtua harus banting tulang, bersusah payah, kerja siang-malam untuk menghidupi anaknya, semua adalah bagian dari konsekuensi logis atas pilihan mau berketurunan.
Maka, silakan berinvestasi pada emas, tanah, rumah, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain … tapi jangan pada anak. Sebab mereka bukan aset. Mereka manusia otonom yang punya takdir dan jalan hidup sendiri.