Kamis, 25 Desember 2014

Ketenangan Sugestif

Ketenangan bukan didapatkan dari sholat, sembahyang, dsb, tetapi ketenangan didapatkan dari segala sesuatu yang dispiritualkan oleh manusia.

Dengan kata lain, manusia merasa tenang ketika dan setelah sembahyang bukan karena di dalam sembahyang terkandung ketenangan, tetapi karena sembahyang itu telah dispiritualkan maka manusia merasa tenang. 

Oleh karena itu, jika kau ingin mendapatkan ketenangan: spritualkan-lah apa saja yang kaulakukan, niscaya kau akan mendapatkan ketenangan. 

Percayalah! 

Share:

Rabu, 24 Desember 2014

Yang Merasa Paling Benar

Orang-orang yang suka merasa paling benar dan sering memperdebatkan kebenaran pada umumnya adalah mereka yang tumbuh dari lingkungan pelahap dogma--yang orang-orangnya adalah homogen secara ras, agama, suku, dsb, dst, sehingga bersikap ekslusif dan anti kritik--anti kemajuan.
Share:

Par dan Tai

"Par" itu dalam bahasa percakapan orang Maluku artinya untuk. Par diserap dari bahasa Belanda yaitu "voor" (Inggris: for). 

Sedang "tai" itu bahasa tidak baku dari tahi yang artinya ampas makanan dari dalam perut yang keluar melalui dubur; tinja, kotoran. Sederhananya tahi/tai adalah tinja atau kotoran. 

Maka "Partai" itu artinya tinja. Apa saja yang dilakukan oleh partai--apalagi partai politik--itu tak lebih dari sekadar tinja atau kotoran!

Share:

Minggu, 21 Desember 2014

Kebenaran Parsial, Bukan Universal

Tidak ada kebenaran universal. Tidak ada. Yang ada adalah kebenaran minimal atau kebenaran parsial—sebab manusia sejatinya adalah berbeda antara satu sama lain; secara apa saja berbeda; secara biologis, geologis, sosiologis, religius maupun apa saja—semuanya berbeda.

Maka percayalah! Berhentilah berbicara—apalagi meperdebatkan—kebenaran sebab kebenaran manusia adalah kebenaran relatif dan terbatas sesuai dengan locus dan tempus kebenaran itu lahir.
Share:

Sabtu, 20 Desember 2014

Atas Nama Demokrasi

Di zaman cybernetics, yang virtual lebih nyata daripada yang benar-benar nyata. Opini dan informasi dipoles menjadi fakta dan kebenaran, sedang kebenaran malah menjadi lelucon dan bahan olok-olokan. Semua terjadi atas nama demokrasi dan globalisasi.
Share:

Kamis, 18 Desember 2014

Negara Asu!

Praktik negara hari ini adalah sebagai perusahaan, bukan sebagai negara sebagaimana sejatinya. Maka jangan heran jika yang diribut-perebutkan adalah jatah kursi, jabatan, dan kekuasaan. Sebab ada laba di situ. Ada profit yang bisa digunakan untuk menimbun kekayaan dan harta benda matrealistik.

Sungguh peradaban yang dangkal!
Share:

Rabu, 17 Desember 2014

Komitmen Logika Atas Negara

Ahli sejarah adalah sejarawan, ahli budaya adalah budayawan, ahli fisika adalah fisikawan, ahli bangsa adalah bangsawan, dan ahli negara adalah negarawan. Tapi, kenapa di Indonesia hari ini yang mengurus negara bukanlah para negarawan, melainkan gerombolan politikus mafia yang orientasinya hanyalah perebutan kekuasaan? Bahkan presidennya berasal dari usahawan.

Wah, ini mau bernegara atau berniaga?
Share:

Penilaian Keliru Tentang Sekolah

Sebodoh-bodohnya orang yang tidak sekolah, lebih bodoh orang yang ber-sekolah (institusional) yang dengan penuh keyakinan di hatinya mengatakan bahwa, "Di sekolah-lah kecerdasan akan dia raih."

Sebab faktanya hari-hari ini, sudah jelas-jelas institusi pendidikan di bawah kekuasaan negara hanya berperan sebagai alat pencetak manusia-manusia mekanis dan robotik yang berwatak babu sehingga tidak bisa berpikir kritis, kreatif, dan merdeka.

Sekolah tidak membuat manusia menjadi manusia tetapi menjadi apa yang diinginkan industri, perusahaan, dan lembaga-lembaga penimbun laba dan racun di dalam perut.
Share:

Selasa, 16 Desember 2014

Persamaan Puisi dengan Anarkisme

Puisi dan anarkisme sama-sama menolak aturan; keduanya sama-sama menentang aturan yang membelenggu kebebasan hidup manusia.

Puisi adalah anarkisme yang berima; yang bergelut dalam keindahan dan mengutarakan kejujuran apa adanya. Sedang anarkisme adalah puisi dengan praksis revolusioner.

Pada akhirnya, akan kita dapati bahwa keduanya memiliki misi mulia yang sama: memerdekakan manusia! Keduanya korelatif dan integratif. Maka jalankanlah keduanya secara adil dan selaras.
Share:

Minggu, 14 Desember 2014

Rousseau: Amour

Jean Jacques Rousseau mengemukakan dua istilah tentang amour. Yang pertama adalah amour-de-soi (cinta-akan-diri/penghargaan diri), sedang yang kedua adalah amour-propre (cinta-diri).

Secara sekilas kedua istilah itu mempunyai arti yang mirip. Namun Rousseau menekankan perbedaan keduanya pada keberadaan orang lain dalam memandang atau menilai si subjek. Dalam amour-propre, cinta-diri melibatkan penilaian atau keberadaan orang lain. Sebaliknya dalam amour-de-soi tidak perlu adanya keterlibatan pendapat atau keberadaan orang lain. Dengan kata lain, amour-de-soi sudah ada dalam diri semua manusia (termasuk di dalamnya insting untuk bertahan hidup), sedangkan Amour-propre hanya akan muncul seiring dengan adanya masyarakat.
Share:

Sabtu, 13 Desember 2014

Jumat, 12 Desember 2014

Fakta Politikus

Di mana ada semut, di situ ada gula. Di mana ada politik, di situ ada kuasa. Mustahil memisahkan politik dan kekuasaan—sebab politik adalah alat mencapai kekuasaan; politik ada untuk kuasa.

Demikian, politikus akan selalu mencari kekuasaan meski kekuasaan tak mencarinya.
Share:

Kamis, 11 Desember 2014

Derrida: Tidak Ada Makna Harfiah, yang Ada Adalah Makna Metaforis

Makna metaforis biasanya dipertentangkan dengan makna harfiah atau makna leksikal. Makna metaforis dikaitkan dengan bahasa yang “tidak ilmiah”. Makna metaforis biasanya dikaitkan dengan bentuk tulisan dalam karya sastra, sedang makna harfiah mengandaikan adanya kebenaran sebagai suatu korespondensi antara suatu pernyataan (proposisi) dengan entitas ideal. Derrida menolak itu, menurutnya, apa yang selama ini disebut makna harfiah pun harus disebut sebagai makna metaforis.
“Semua bahasa itu bersifat metaforis, bekerja atas dasar gambar-gambar dan khiasan. Kelirulah kita jika selama ini menganggap bahwa ada bahasa yang bersifat harfiah, karena bahsa itu bersifat metaforis. Karya-karya sastra tertentu lebih terpercaya daripada bentuk-bentuk wacana ‘ilmiah’, karena karya-karya itu secara implisit mengakui kedudukan retorisnya sendiri. Bentuk-bentuk tulisan lainnya juga bersifat khiasan dan ambigu, tetapi dapat mengatasi dirinya sendiri sehingga dapat mempertanyakan kebenaran yang tidak diragukan.”
Share:

Manusia Tolol Penghamba Kebenaran

Manusia pada dasaranya diciptakan berbeda-beda; lelaki-wanita, bersuku-suku, berbangsa-bangsa, dll. Dan apabila perbedaan itu diwarnai dengan perdebatan siapa yang paling benar; suku apa yang paling kuat, bangsa apa yang paling hebat, atau tafsir agama mana yang lebih akurat--maka di saat itu kita sedang memoles ketololan kita menjadi semakin mengilat.

Toh, menerima perbedaan maknanya adalah mengakui segala perbedaan--termasuk kebenaran-kebenaran yang lahir dari perbedaan itu untuk ada dan harus (tetap) eksis bahkan dilestarikan sebagai ragam kekayaan kehidupan.
Share:

Tidak Ada yang Salah

Orang goblok adalah orang yang memperdebatkan kebenaran, sedang orang yang bijaksana adalah orang yang menertawakan segala sesuatu karena telah menyadari bahwa di segala sesuatu yang dia cerap, ada Tuhan di dalamnya.

Oh, kesalahan hanyalah Tuhan yang belum mampu disingkap!
Share:

Republic of Fear

Di negara yang diisi oleh kepalsuan, pemberitaan tentang terorisme lebih banyak ketimbang fakta dari eksistensi si pelaku teror. 

Hiduplah sebuah "Republic of Fear", republik penyebar berita terorisme--yang lebih meneror daripada teroris itu sendiri. Hanya beda bentuk, tetapi isinya tak jauh beda dengan dongeng takhayul zaman doeloe, bukan?
Share:

Tuhan Kita Adalah

Tuhan adalah Dia yang manusia sangat bergantung padaNya. Itu salah satu contoh kebertuhanan seseorang. Maka apabila hari ini kita lebih cenderung bergantung pada uang, handphone, gadget, tablet, kapsul, lifestyle, pembalut, kosmetik, pacar, dsb ... bisa dipastikan itulah Tuhan kita hari ini.

Why not?
Share:

Penyair dan Kota Mati

Penduduk di suatu kota boleh hidup, tetapi selama di dalamnya tidak ada penyair maka kota itu adalah kota mati dan penduduknya tak lebih dari mayat dengan mata terbuka yang merasa seolah-olah hidup.

Tapi jangan percaya, ini cuma ungkapan ego dari seorang penyair. 
Share:

Selasa, 09 Desember 2014

Kebenaran Menurut Nietzsche

"Lalu apa itu kebenaran? Sepasukan metafor yang bergerak, metonim, antropomorfisme! Kebenaran adalah ilusi yang dilupakan orang bahwa itu adalah ilusi. Kebenaran adalah mata uang yang dijadikan medali, dan kini tidak lagi dianggap sebagai mata uang, melainkan hanya sebagai logam."
Share:

Foucault: Konsep Manusia

Yang dimaksud "konsep manusia" oleh Foucault adalah hasil temuan baru yang disumbangkan oleh akal dan kesadaran. “Man is an invention of recent date,” katanya. Oleh karena itu, kalau seluruh model pengetahuan yang ada sekarang ini runtuh, maka “Man would be erased, like a face drawn in sand at the edge of the sea.” Inilah kematian manusia—di tangan bahasa, atau, inilah nihilisme.
Share:

Minggu, 07 Desember 2014

Jumat, 05 Desember 2014

Kamis, 04 Desember 2014

Rabu, 03 Desember 2014

Anti Filsafat

Orang yang anti terhadap filsafat adalah orang yang pikirannya dangkal. Biasa mereka adalah pengikut setia suatu ajaran tanpa pernah mengisi kehidupannya dengan pertanyaan, apalagi memelajari ajaran lain.

"Bacalah! Bacalah! Bacalah!" perintah Tuhan. "Mengikutlah! Mengikutlah! Mengikutlah!" perintah agamawan.
Share:

Selasa, 02 Desember 2014

Pengangguran Sejati

Orang yang kaya raya adalah pengangguran. Sebab dia sudah tak bisa mengerjakan apa-apa lagi. Hanya duduk santai dan duit mengucur sesuai dengan hembusan nafas hidupnya.

Tetapi ada juga pengangguran yang miskin--baik secara finansial, intelektual, maupun moral. Mereka adalah orang-orang yang hidupnya hanya diisi dengan menebar kebencian dan hujatan karena merasa paling benar sendiri di dunia.
Share:

Iman Keagamaan Konyol

Kalau iman keagamaan seseorang tak membuatnya berpikir bebas, mempertanyakan segala sesuatu, dan malah membuat si pengiman cenderung menjadi seorang pengikut buta, maka iman keagamaan tersebut bukanlah sarana pembebasan manusia menjadi manusia tetapi hanyalah sebuah bentuk kebodohan yang dibatinkan.
Share:

Senin, 01 Desember 2014

Manusia Dogmatis

Seorang manusia dogmatis adalah dia yang membenarkan agamanya bukan dari sudut pandang umum tetapi dari sudut pandang agamanya sendiri. Segala teori dan argumentasi dibantah berdasarkan subyektifitas ajaran agamanya, bukan berdasarkan referensi ilmiah yang rasionalitatif dan obyektif.
Share:

Berpikir Positif

Cara ampuh hidup sehat bukanlah menjalani program "4 sehat 5 sempurna", melainkan memusnahkan virus-virus ke-stres-an dalam diri dengan senantiasa berpikir positif. Dan agar selalu bisa berpikir positif, jadilah orang gila. 

Tapi sayang, sebagian besar manusia lebih memilih menjadi waras. Dan hasilnya?
Share:

Kamis, 27 November 2014

Gabriel Marcell Tentang Cinta, Pada Suatu Senja

Gabriel Marcell, pada suatu senja mengajarkan cinta kepada mahasiswa-mahasiswanya di sebuah taman, berkatalah dia:

“Kita adalah kebersamaan, yakni kehadiran aku dan kau dalam bentuk yang paling sempurna. Dan pemutusan hubungan cinta sama sekali adalah pembunuhan diri karena setiap orang diciptakan untuk mencintai orang lain. 
Mencintai tak sebatas ruang dan waktu. Cinta melampaui itu semua. Ketika kau menghayati adanya cinta, maka kau tak akan mati. Sebab, Cinta itu abadi dan mengabadikan. Amor omnia vincet ... cinta mengalahkan segalanya ...”
Share:

Rabu, 26 November 2014

Kritik Slavoj Žižek Terhadap Demokrasi Liberal

Demokrasi liberal itu seperti orang yang memencet tombol tutup pintu pada lift. Tidak ada gunanya. Pintu lift tidak akan menutup lebih cepat. Inilah yang disebut sebagai ilusi tentang kontrol.

"Tampaknya kita mengontrol sesuatu (pintu tertutup lebih cepat), padahal tidak. Dengan memilih di dalam pemilu, orang mendapat kesan, bahwa mereka mengontrol sesuatu, padahal tidak. Kontrol pada pemerintah adalah ilusi!"
Share:

Teori Mencintai Orang Lain Menurut Slavoj Žižek

Tentang mencintai orang lain, Slavoj Žižek berkata:

"Mencintai orang lain berarti mencintai tidak hanya sisi-sisi baiknya, tetapi juga sisi-sisi traumatis yang tak terduga, yang terkandung di dalam dirinya. Mencintai yang terduga berarti tidak mencintai sama sekali, karena kita sudah menebak, dan mengkalkulasi dirinya. Mencintai baru bisa dianggap sungguh mencintai, ketika kita mencintai orang-orang yang tak terduga, yang tak dapat kita terka, yang tak dapat kita bungkus dalam kesempitan konsep pikiran maupun keinginan kita."
Share:

Selasa, 25 November 2014

Indonesia Negara Kaya Tapi Miskin

Meskipun kaya akan sumberdaya alam dan dikaruniai tanah yang subur, Indonesia terjebak ke dalam situasi yang disebut oleh Terry Lynn Karl sebagai paradoks keberlimpahan (the paradox of plenty): negara kaya, tapi miskin. Maksudnya kaya sumber daya alam tetapi manusianya miskin-miskin. Di sisi lain kesenjangan orang kaya dengan orang miskin terbentang sangat lebar. 

Jangan heran ... itulah kita.
Share:

Senin, 24 November 2014

Deleuze: Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Seni

Menurut Deleuze: filsafat, ilmu pengetahuan, dan seni sama-sama, dan pada dasarnya, kreatif dan praktis.

Oleh karena itu, daripada bertanya pertanyaan tradisional identitas seperti "apakah benar?" atau "apa itu?" Deleuze mengusulkan bahwa pertanyaan harus fungsional atau praktis: "apa fungsinya?" atau "bagaimana cara kerjanya?"
Share:

Kamis, 20 November 2014

Manusia Mabuk Demokrasi

Manusia—yang mengutuk masa lalu karena praktik otoritarianisme-nya—tidak menyadari bahwa demokrasi yang dikampanyekan barat sesungguhnya—lebih mengebiri kemanusiaan secara masif dan intensif. Dan itu jauh lebih berbahaya dari pemerintahan otoritarianisme manapun. Memang kekerasan fisik di era demokrasi tidak terlalu menonjol, namun kerusakan mental dan pikiran jauh lebih berbahaya terjadi di era tersebut.

Demokrasi pada paradoksnya justru seperti totalitarianisme, hanya saja bukan tubuh kita yang dibungkam tetapi pikiran kitalah yang dikendalikan.
Share:

Polisi Moral

Manusia yang merasa paling suci adalah mereka yang menjadi polisi moral dengan sibuk menghakimi—hingga membenci orang lain. Bahkan cara berpenampilan, berpakaian, dan urusan seks personal pun dipersoalkan oleh mereka.
Share:

Manusia Teorisme

Manusia yang melulu berkutat pada alam teori meski kenyataan selalu berkata lain dari apa yang ada dalam teori adalah manusia yang dalam hidupnya tidak menginjakkan kaki ke bumi. Manusia seperti itu tinggalnya di menara gading. Membuat teori tentang bumi tetapi tidak hidup di bumi.

Saya menyebut manusia seperti ini sebagai manusia teorisme. Terlalu gila pada teori sampai lupa fakta di lapangan.
Share:

Sebelum Memberantas Tindak Kriminal

Cara efektif memberantas kriminalitas dimulai dengan melaparkan aparatur pemerintahan—termasuk presiden—selama berhari-hari.

Dengan lapar, mereka akan lebih paham dan mengerti alasan tentang mengapa sampai tindak kriminal itu terjadi. Memang kelaparan bukanlah faktor satu-satunya yang melahirkan praktik kriminalitas, tapi dengan kelaparan, orang mudah hilang kewarasan dan bisa berbuat apa saja, bahkan menghilangkan nyawa orang lain.
Share:

Buanglah Negara Pada Tempatnya

Negara adalah sampah jika ia didiskusikan dalam keadaan lapar. Dan karena berhubung di Indonesia lebih banyak orang yang lapar ketimbang kenyang--maka negara, baik sebagai teori maupun praktik, belum pantas didiskusikan. Karena negara sebagaimana sampah, tak ada nilainya, tak ada gunanya; tak mampu mengenyangkan perut yang lapar. Negara lebih pantas dibuang pada tempatnya: tong sampah!
Share:

Senin, 17 November 2014

Penilaian Remy Sylado Tentang Indonesia

Orang Indonesia, alah, sudahlah, sudah dikenal luas di dunia sebagai bangsa paling aneh bin ajaib, konon berTuhan melalui hafalan sampai bibir lecet tentang Pancasila-nya, tapi juga paling hipokrit, paling korup, dan ini semua terjadi di saat seseorang menjadi pejabat negara, menjadi birokrat, menjadi jaksa, menjadi hakim, menjadi bupati, menjadi gubernur, menjadi menteri, dan seterusnya. Pejabat negara yang sudah berhaji berkali-kali tapi kelakuannya tidak berubah. Sewaktu ditanya, dia bilang: berhaji itu tugas agama, korupsi itu tugas negara.
Share:

Perbedaan Orde Baru dengan Reformasi

Perbedaan Orde Baru dengan Reformasi:

Orde Baru membungkam kebebasan berpendapat, sedang Reformasi membebaskan kebebasan berpendapat selama pendapat itu sesuai dengan pendapat-pendapat yang dibuat Rezim. Reformasi dengan semangat demokrasi itu seperti kata Sujiwo Tejo, "Siapa boleh apa, si anu boleh anu, asal sesuai dengan apa yang sudah dianu."
Share:

Kamis, 13 November 2014

Hegel dan Marx Tentang Teori Negara

Hegel berkata: "Negara adalah penjelmaan dari ide-ide luhur yang absolut."

Marx membantah: "Negara adalah sebuah organisasi besar yang di dalamnya terjadi penindasan oleh suatu klas terhadap klas lain yang lain."

Sebenarnya tidak ada yang benar dan salah tentang perdebatan Teori Negara antara Hegel dan Marx. Hegel mendefinisikan negara dari segi idealitas dan teoretis. Sedang Marx memaknai sebuah negara berdasarkan praksis-nya; berdasarkan apa yang terjadi pada kenyataannya.

So ... tidak ada yang salah. Yang keliru adalah dari mana kita melihat negara.
Share:

Selasa, 11 November 2014

Kebenaran Tentang Orang Gila

Orang gila adalah sebuah karakter yang mengekspresikan kebenaran dengan tubuhnya, sementara aktor dan aktris lain serta penonton tidak menyadari bahwa dari karakter orang gila itulah kebenaran muncul.

Di dalam diri orang gila sekalipun ada kebenaran, cuma bentuk dan cara pewartaannya kepada dunia yang berbeda dan sulit diterima oleh orang “waras” pada umumnya.
Share:

Bayangkanlah Dunia Menjadi Terbalik

Jika kau suka memelajari sesuatu yang berhubungan dengan benar dan salah; sempatkanlah waktu sejenak untuk membayangkan dunia menjadi terbalik: melajang di atas usia tujuh belas adalah melanggar hukum; perilaku seks bebas diwajibkan; diskotik adalah tempat ibadah; dan masjid, gereja, pura, dan vihara adalah tempat praktik perjudian, mabuk-mabukan, pesta-pora dll, dsb, dst ...

Bayangkanlah ....
Share:

Jangan Membatasi Keterbatasan

Manusia, bumi, dan alam semesta beserta isi-isinya adalah terbatas. Semuanya tunduk pada hukum keterbatasan. Maka jika kita sudah menyadari hal tersebut, jangan lagi keterbatasan itu (semakin) dibatas-batasi, sebab yang terjadi nantinya adalah bahwa keterbatasan itu akan semakin terbatas.

Keterbatasan sudah terbatas sehingga jangan lagi dibatasi. Bebaslah dalam keterbatasn. Tidak terbataslah di dalam keterbatasan.

Paham?
Share:

Gumam dan Perubahan

Gumam akan terus mengencingi dunia kotor ala segita sama sisi yang menertawakan tindas rakyat yang tertidur bersama bangkai kemanusiaan. Dan kenistaan pidana senantiasa menyulap banyak budak--sehingga pemberontakkan wajib dilakukan oleh segelintir manusia yang tercerahkan.

Mau tidak mau, selama kecenderungan hati untuk yang teraniaya--maka kamus perubahan akan selalu menjadi hijau untuk dikibarkan.
Share:

Mandela Tentang Negara

"Dikatakan bahwa seorang belum benar-benar mengenal suatu negara sebelum ia pernah berada dalam penjara di negeri itu. Suatu negara jangan dinilai dari cara memperlakukan warga negaranya yang paling tinggi, tetapi bagaimana negara itu memperlakukan warganya yang paling rendah."
Share:

Senin, 10 November 2014

Sejarah Bukan Segalanya

Sejarah itu penting, tapi ia bukan segalanya. Tentang hal itu, Albert Camus pernah berkata:

"Aku berdiri setengah berjarak dengan kemelaratan dan matahari. Kemelaratan mencegahku untuk percaya bahwa semuanya baik di bawah matahari dan di dalam sejarah; matahari mengajariku bahwa sejarah bukan segalanya."
Share:

Jumat, 07 November 2014

Jumat, 24 Oktober 2014

Paradoks Ber-Sukarnois

"Nasionalisme di dunia Timur itu lantas “berkawinlah” dengan Marxisme itu menjadi satu nasionalisme baru, satu ilmu baru, satu iktikat baru, satu senjata perjuangan yang baru, satu sikap hidup yang baru.

"Nasionalisme-baru inilah yang kini hidup di kalangan rakyat Marhaen Indonesia. Karena ini, Marhaen pun, pada hari 14 Maret 1933 itu, wajiblah berseru: Bahagialah yang wafat 50 tahun berselang!" (Memperingati 50 Tahun Wafatnya Karl Marx, Fikiran Rakyat, 1933)

Kalau kita membuka kumpulan tulisan-tulisan Bung Karno dalam "Di Bawah Bendera Revolusi" maka kita akan jumpai satu artikel yang membicarakan tentang Karl Marx, yakni bapak komunisme.

O, dan akan kita dapati bahwa betapa Bung Karno sangat mengidolakan Marx, sampai-sampai ia memperingati 50 tahun kematian Marx lewat tulisannya.

Lantas, bagaimana mungkin hari ini kita mengidolakan Bung Karno sedang di sisi lain kita mengutuk komunisme?
Share:

Kamis, 23 Oktober 2014

Renungan Jumat

Gus Dur pernah berkata:
Lebih baik sopir-angkot yang ugal-ugalan dan membuat para penumpangnya mengingat Tuhan kemudian berdoa ketimbang khotib yang berceramah panjang-lebar namun malah membuat jamaahnya ngantuk dan tertidur.
Pernyataan tersebut di atas hendaknya dijadikan renungan bagi setiap penceramah agama agar lebih kreatif dan atraktif dalam berceramah. Mungkin harus ada sesi tanya-jawab, atau ada kuis-berhadiah, dan pengumuman pemenang lomba... Entahlah....
Share:

Demokrasi Tidak Islam

Ternyata pernyataan "Islam itu demokratis" adalah salah.

Demokrasi yang berintikan bebas berpendapat, tidak berlaku dalam Islam. Lihatlah betapa dari tahun ke tahun, zaman ke zaman, setiap salat Jumat, jamaahnya tidak bisa melakukan interupsi terhadap pernyataan-penyataan khotib.

Khotbah hanya didominasi oleh khotib, sedang jamaahnya hanya bisa mendengar tanpa bisa menyanggah apa yang dikhotbahkan. Bukankah itu adalah bentuk nyata otoritariansime?
Share:

Politik = Dagelan Kontemporer

Anggap saja politik adalah dagelan kontemporer. Ia dimainkan oleh para politisi dan politikus dengan sempurna dengan maksud untuk meraih kuasa sebesar-besarnya dan seluas-luasnya.

Kalau kau masih maknai politik sebagai ikhtiar menyejahterakan rakyat maka kau sedang memuluskan niatan busuk para politisi untuk mencapai kesuksesan.
Share:

Minggu, 19 Oktober 2014

Negara Mandiri, Rakyat

Jangan kamu terlalu serius menyikapi persoalan negara, sebab negara tak serius terhadap sikapmu, apalagi hidupmu.

Negara dibangun dengan semangat "kemandirian", katanya... agar rakyat tidak manja dan bergantung pada negara.

Maka, percuma kamu mempersoalkan negara. Toh, negara tak pernah mempersoalkanmu. Malah negara hanya memperdagangkanmu dengan menjadikanmu sebagai komoditas kebodohan.
Share:

Kebenaran Palsu, Indonesia

Pada dasarnya kita sudah ber-negara di atas kepalsuan. Lihatlah dari isi Pancasila yang kata para pejuang tanah air adalah jati diri dan keaslian bangsa. Bullshit! Sila 1 sampai 5 dalam Pancasila semuanya impor dari luar, kok.

Bahkan, lagu kebangsaan dan kebanggaan "Indonesia Raya" adalah hasil plagiat W.R Soepratman terhadap salah-satu lagu Belanda yang berjudul "Lekka Lekka Pinda Pinda".

Sudahlah ... hidup di atas kepalsuan hanya akan menghasilkan kebenaran-kebenaran palsu. Ini semua masalah keterlanjuran, yang penting ingat: selow.
Share:

Presidenkan Diri Sendiri

Saya tak butuh presiden. Tak penting bagi saya ada atau tidak ada presiden.

Bagi saya, presiden itu barulah penting ketika dia sudah mampu memakmurkan dan mensejahterakanmu. Tetapi, selama kau tetap berjuang keras dalam menyambung hidup, dan selama nasib hidupmu masih tergantung seutuhnya di tanganmu, maka peran presiden tak ada pengaruhnya untukmu.

Presidenkan dirimu sebelum dipresideni oleh orang lain!
Share:

Jumat, 17 Oktober 2014

Orang Adalah Uang

Yang dimaksud orang adalah uang. Itulah definisi oleh orang banyak hari-hari ini. Kehormatan, penghargaan, dan kemuliaan hanya pantas diberikan kepada orang yang punya banyak uang.

"Aku beruang maka aku ada." Diktum baru sebagai antithesa atas Descartes.

Share:

Ikut dan Sikut

Pikiran itu alat untuk mendapat pengetahuan. Pengetahuan itu alat untuk mengkritik budaya ikut-ikutan. Sebab, ikut-ikutan tanpa pengetahuan sama dengan memperpanjang barisan kebodohan.

Apalagi, di dalam ikut-ikutan terjadi sikut-sikutan?
Share:

Senin, 13 Oktober 2014

Aldous Huxley tentang Karl Marx

Di salah satu kampus berbasis agama, segerombolan mahasiswa berdiskusi tentang Karl Marx. Saya dan Aldous Huxley menghampiri mereka, dengan santai Aldous Huxley berceletuk:

"Karl Marx pernah berkata, 'Agama adalah candu.' Apakah itu benar atau salah, tidak penting, tapi yang paling benar adalah 'candu adalah agama masyarakat'."

Kami pun berlalu pergi ... sambil berbisik, kepada saya Huxley berkata, "Kebenaran acapkali tampak goyah dan tidak menarik. Hal ini muncul karena berasal dari kebohongan yang berbelit-belit."

Pagi telah tiba....
Share:

Beragama dan Bersenggama

Idealnya, orang beragama tak pernah mendiamkan negara melakukan ketimpangan, penyimpangan, apalagi penindasan. Orang beragama menolak itu.


Jika ada orang yang mengatas-namakan agama untuk merestui penguasa melakukan penindasan, apalagi turut serta dalam kegiatan perampokan, maka dia bukanlah orang beragama, melainkan orang yang sedang bersenggama.
Share:

DOGMA!

Kebenaran itu kesepakatan para penguasa yang kemudian dijalarkan lewat media-massa. Lahirlah peradaban satu dimensi penyembah berhala tanpa kritik dan tanya. Di dalamnya hanya terdapat satu bahasa: DOGMA!
Share:

Kebodohan itu Penting

69 Tahun negara Indonesia dibentuk tetapi masih jauh dari harapan dan tujuannya. "Mencerdaskan kehidupan bangsa" sebagai salah-satu cita-cita luhur pendiri negara, (sampai) hari ini diabaikan oleh para bajingan tengik politisi-politikus. Kenapa? Karena kekuasaan yang korup itu anti terhadap kecerdasan; karena jika rakyat cerdas maka "tuhan korupsi" akan tuntas.

Di bawah rezim kapitalisme, kebodohan harus dieksploitasi sesempurna mungkin agar cacat-celah kebobrokan sistem negara bisa tetap berlenggang-kangkung di atas penderitaan pribumi. Maka, kebodohan sangatlah dibutuhkan negara untuk:

1. Melestarikan kapitalisme berkuasa.
2. Melanggengkan para bandit menjarah harta kekayaan rakyatnya.
3. Memuluskan tujuan kapitalisme dan inlander para politisi-politikus merampok aset negara milik rakyatnya.

Oh, betapa mudahnya memimpin domba-domba ke ladang pembantaian....

















Share:

Negara Tukang Bohong

Negara yang paling banyak bohong adalah negara yang di dalamnya diisi dengan banyak iklan. Maka jika para penyelenggara negara menghimbau agar warga-negaranya melakukan ini-itu, jangan dipercaya, sebab mereka sedang berbohong.

Keyakinan saya di atas semakin diperkuat oleh pernyataan H. G. Wells bahwa "Iklan adalah kebohongan yang dilegalkan."

Maka, jangan heran jika aparatur negara ketahuan berbohong. Berbohong memang legal. Sama halnya dengan iklan.
Share:

Tuhan Barat dan Timur

Di Barat, orang meniadakan Tuhan. Di Timur, orang mengadakan Tuhan. Itulah premis yang bisa kita ambil dari pembelajaran manusia tentang Tuhan versi Barat dan Timur.

Entah apa yang ada di pikiran para filsuf. Yang jelas Tuhan (ketuhanan) melampaui konsep ada-tiada.

Setahu saya, sesuatu yang disebutkan adalah sesuatu yang ada, sedang sesuatu yang tiada adalah sesuatu yang tak pernah disebutkan. Sederhana, bukan?

Tapi sejujurnya, pembicaraan tentang Tuhan adalah pembicaraan yang membosankan dan tak penting. Dalam kehidupan, ada-tiadanya Tuhan tidak-lah penting. Yang paling penting dalam hidup adalah seperti apa kau setelah meniadakan dan mengadakan Tuhan! Titik.






Share:

Bicara Tanpa Bicara

Bicaralah tanpa harus bicara.

Manusia hidup dituntun oleh dua kekuatan besar dalam dirinya, yakni pikiran dan perasaan. Ada yang cenderung tunduk pada pikiran; ada yang cenderung tunduk pada perasaan.

Bahasa terbaik di setiap zaman adalah bahasa cinta. Di dalam cinta, pikiran dan perasaan selaras berjalan. Tak ada dominasi, yang ada adalah proporsi. Pikiran tahu kapan ia harus berlaku dan perasaan tahu kapan ia harus berlaku. Masing-masing tahu akan posisinya.

Maka dalam bercinta, segalanya adalah bahasa.
Share:

Memurnikan Kemanusiaan

Menjadi manusia murni adalah menjadi bayi. Sebab hanya bayi yang memiliki kemurnian. Setelah manusia melewati fase sebagai bayi, manusia mulai mengotori kemurniaannya itu dengan kebohongan, kejaiman, kegengsian, kemunafikan, kekerdilan, kebejatan, kejahatan, dan lain-lain, dan seterusnya.

Memang sebagai orang dewasa tidak bisa menjadi murni, tapi kita bisa mendekatkan diri pada kemurnian. Bagaimana caranya?

Cara mendekati kemurnian adalah dengan mengikis secara berangsur-angsur sifat bohong, gengsi, iri, dengki, munafik, bejat, jahat, dan lain-lain, dan seterusnya. Tapi ini semua ilusi, bukan?

Share: