Senin, 16 April 2018

Diperas Dulu Baru Menyuap


Biasanya sebelum menyuap, seseorang terlebih dahulu merasa diperas. Baik secara verbal maupun mental. Tapi umumnya itu tidak tersurat, tapi tersirat. Namun anehnya di dalam hukum negara kita aparat dan masyarakatnya lebih fokus menyoroti perbuatan menyuap, ketimbang perbuatan memeras. Kita bisa menjumpai itu langsung dalam praksis birokrasi kita. Apa-apa yang diperlambat dan diperumit itu secara implisit mendesak kita agar menempuh jalur alternatif: menyuap, menyogok, dan sebagainya.

Sederhana, sih. Kita takkan masuk rumah orang lewat pintu belakang bila pintu depannya tidak bermasalah. Kita takkan menyuap bila tak diperas terlebih dahulu.

Jadi, sampai di sini ada pertanyaan? Oke baik!

Share:

Jumat, 13 April 2018

Kemerdekaan 100% Tan Malaka

Soal kemerdekaan dan kedaulatan, di dalam Merdeka 100%, Tan Malaka berkata begini:

"Isi kemerdekaan itu ialah kedaulatan, dan kedaulatan itu ialah berupa kekuasaan dan kemakmuran. Pertanyaan tentang "siapakah atau golongan siapakah yang berdaulat pada suatu negara merdeka" mesti dilaksanakan atas pertanyaan "siapakah atau golongan manakah yang sebenarnya mencecap kemakmuran dalam negara itu". Dipandang dari penjuru ini maka "demokrasi" yang dibangga-banggakan negara kapitalis itu, kalau diteropong besarnya golongan atau kelas yang sebenarnya memegang kekuasaan dan merasakan kemakmuran itu tiadalah sepadan dengan namanya "kedaulatan rakyat". Yang benar berkuasa, makmur, dan tenteram kemakmurannya ialah kaum kapitalis, kaki tangannya akal kaum tengah dan sebagian kecil dari proletar atasan. Sebagian besar dari mereka yang tak berpunya itu diombang-ambingkan oleh krisis ekonomi dan peperangan imperialisme."
Share:

Kamis, 12 April 2018

Tuhan Macam Apa

Tak perlu menjadi cerdas-cerdas amat untuk berkata tidak pada mereka yang memuliakan Tuhan tapi menghinakan sesamanya. Kecuali bagi mereka, sesamanya itu diciptakan bukan dari Tuhannya.

Tapi Tuhan macam apa yang hanya menciptakan sebagian dan tidak menciptakan sebagaian lainnya?
Share:

Rabu, 11 April 2018

Negara Tak Tahu Diri

Kita hidup di negara yang rakyatnya tak disejahterakan tetapi malah dipaksa untuk ikut-ikutan pusing mengurusi ujaran kebencian, hoaks, pemblokiran situs, politik praktis, pemilu, dan soal-soal lain yang hampir semuanya berasal dari gesekan kepentingan para elitenya.
Share:

Selasa, 10 April 2018

Senin, 09 April 2018

Minggu, 08 April 2018

Sabtu, 07 April 2018

Jumat, 06 April 2018

Bukan Orang Baik, tapi Orang Gila

Orang baik itu orang yang dinilai oleh orang lain bahwa dirinya baik. Bukan ia sendiri yang menyebut dirinya baik berikut ia tuliskan di spanduk, baliho, dan stiker-stiker kemudian dipasang di mana-mana agar dilihat orang. Justru yang demikian itu bukanlah orang baik, tapi orang narsis; frutrasi. Lebih terang lagi, bisa disebut orang gila.
Share:

Ilmiah itu Penting, tapi Bukan Paling Penting

Ilmiah itu penting, tapi kalau segala hal harus ilmiah juga tak bagus. Jiwa menjadi kering dan gersang, karena menentang ketetapan alam, yaitu naluri estetis dan hasrat untuk mencari rasa asyik dengan menghibur diri sendiri--yang notabene kebanyakan tak bersifat ilmiah dan teoretis, melainkan imajinatif dan spekulatif.
Share:

Kamis, 05 April 2018

Benar-Salah tak Hitam-Putih

Benar-salah itu tak hitam-putih. Kehidupan itu tak hitam-putih. Bahkan hitam-putih secara harfiah sebagai warna pun tak benar-benar hanya hitam-putih. Selalu ada gradasi; ada warna lain di dalamnya. Itu kenyataan yang patut diakui. Agar dengan demikian diri kita menjadi lebih tenang, anteng, lapang, tak selalu tegang dan, tentunya, tak kaget-kagetan.
Share:

Rabu, 04 April 2018

Tak Ada Waktu

Kalau sedang sibuk, umumnya orang akan mengatakan: "Tak ada waktu." Namun sejatinya yang dia maksud bukanlah waktu benar-benar tidak ada, melainkan dialah yang tak bisa ada untuk suatu waktu yang tak sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan aktualisasi dirinya.
Share:

Selasa, 03 April 2018

Dinamika Perubahan Pemikiran

Hidup itu sangat dinamis. Pemikiran dan pendirian seseorang hari ini bisa berubah sangat signifikan dibanding hari kemarin hanya karena ia telah menemukan suatu pengetahuan, dihantam oleh suatu kenyataan, atau karena telah terikat oleh suatu kepentingan ... atau bisa juga karena sebab-sebab lainnya.
Share:

Senin, 02 April 2018

Minggu, 01 April 2018

Kebosanan karena Selalu Dibenarkan

Di dalam roman Zadig karya Voltaire, ada satu cerita tentang seorang pembesar yang hanya mau dipuji; Zadig (tokoh utama dalam cerita itu) menyarankan agar kemauannya itu diiyakan saja oleh semua orang. Jadi apa pun yang dilakukan oleh si pembesar, selalu dipuji. Apa pun yang dibicarakan, bahkan ketika ia belum selesai bicara, langsung saja diyakan dan dibenarkan oleh semua orang di sekitarnya.

Tapi dari respons yang demikian, lama kelamaan si pembesar tadi malah merasa tak nyaman dan akhirnya sadar akan keburukan (sifat haus pujian) itu. Sejak itulah ia bertobat dan mulai belajar untuk rendah hati.
Share: