Kapitalisme di Indonesia sangat kokoh karena ia lahir dari rahim feodalisme, tumbuh subur bersama komunitas-komunitas agama dan kesukuan, menjadi matang lewat instansi pendidikan, dilanggengkan dalam pola laku kebudayaan, dan yang paling fundamental dari semua itu: ia dilegitimasi langsung oleh kekuasaan!
Minggu, 10 November 2019
Selasa, 09 Juli 2019
Ayo Berbuat Salah!
Pesan "Jangan berbuat salah" itu keliru, sebab dari kesalahanlah seseorang belajar dan mengetahui mana yang benar. Artinya, manusia justru perlu berbuat salah.
Pesan yang tepat itu baiknya begini: Jangan berbuat kesalahan yang sama berulang-ulang karena kau bukan kerbau!
Kamis, 04 Juli 2019
Akibat Harapan
Harapan yang sepenuhnya menjadi kenyataan akan menghasilkan kesenangan sekaligus penderitaan. Kesenangan karena harapan itu terwujud. Dan penderitaan karena akan lahir harapan baru yang jauh lebih besar dan berat untuk diwujudkan.
Minggu, 30 Juni 2019
Pertumbuhan Pengetahuan
Sebagaimana daun pada pohon, ilmu pengetahuan selalu menggugurkan dirinya yang lama dan menumbuhkan dirinya yang baru agar, salah satunya, kehidupan terus berlangsung, pohon terus berpijak.
Rabu, 12 Juni 2019
Semakin Tahu Semakin Tidak Tahu
Kalau ada orang yang disebut pintar tetapi orang itu congkak dan angkuh, maka sesungguhnya kepintaran itu adalah kepintaran abal-abal; kepintaran amatiran kelas kaki lima.
Sebab kalau definisi dari orang pintar adalah orang yang memunyai banyak pengetahuan, maka seharusnya orang pintar tadi adalah orang yang rendah hati. Karena seyogianya orang yang tahu banyak hal adalah orang yang sadar bahwa ia lebih tidak mengetahui banyak hal.
Membenarkan Kesalahan Perempuan
Mengamini fatwa waralaba "perempuan selalu benar" adalah penghinaan secara implisit kepada kaum perempuan. Sebab itu artinya kita mengamini bahwa mereka lemah, tak berdaya, selalu labil, dungu, galau, baper, dan sebagainya sehingga kaum lelaki harus selalu membenarkan (minimal memaklumi) segala apa yang mereka perbuat.
Pengetahuan Angkuh
Pengetahuan manusia sangat sedikit. Ia takkan bisa mengetahui semua hal di muka bumi ini. Bahkan untuk sekadar mengetahui semua fungsi dari segala sesuatu yang tumbuh dan menempel pada tubuhnya sendiri ia tak mampu. Tak usah jauh-jauh, bisa mengetahui jumlah rambut di kelaminnya saja ia tak becus.
Jadi, buat apa angkuh dengan pengetahuan yang dimiliki? Lebih mendasar, buat apa angkuh dengan pengetahuan? Rasanya tak ada satu pun pengetahuan manusia yang pantas disombongkan.
Manusia Makhluk yang Banyak Mendatangkan Mudarat
Manusia itu cuma debunya debu di alam semesta. Maka bersikap antroposentris (menganggap diri sebagai sumber nilai segala sesuatu) adalah sebentuk sikap kolot dan tolol. Sebab ada atau tiada manusia, alam semesta tetap bekerja sebagaimana kodratnya.
Malah ketimbang maslahat, kehadiran manusia di bumi jauh lebih banyak mendatangkan mudarat. Tak heran Babi Tua dalam fabel Animal Farm karya George Orwell dengan lantang berkata, "Manusia adalah satu-satunya makhluk yang hanya bisa mengonsumsi tanpa bisa menghasilkan."
Kalau sudah demikian, lebih mendingan manusia apa babi?
Selasa, 11 Juni 2019
Bias Gaya Hidup
Fakta Fanatika
Fakta tidak penting bagi mereka yang fanatik buta. Karena kebenaran, buat mereka, hanya didasarkan atas rasa suka atau tidak suka, dan bukan atas keilmuan dan kebajikan. Maka tak perlu membuang waktu dan tenaga untuk berdebat panjang lebar dengan orang semacam itu, sebab yang demikian sama saja dengan menabur gula di laut lepas: percuma dan sia-sia.
Warisan Utang
Mewariskan kemiskinan itu buruk. Tapi mewariskan utang jauh lebih buruk. Karena itu sama dengan menjerumuskan anak-cucu ke jurang penderitaan hidup yang dua kali lipat jauh lebih dalam. Selain dituntut membebaskan diri dari kemiskinan, mereka juga dihantui daftar tagihan pembayaran.
Menyangsikan Politisi
Dua tambah dua hasilnya empat. Namun jika itu diucapkan oleh politisi maka berusahalah untuk menyangsikannya. Ini bukan soal kebenaran-kesalahan dari mekanisme logika yang berlangsung, tetapi karena kita sudah sama-sama tahu bahwa di setiap ucapan dan tindakan politisi selalu ada kepentingan terselubung di baliknya.
Akibat Miskin Pandangan
Orang yang miskin pandangan cenderung sesak nafas dalam menyikapi kenyataan hidup sehari-hari, karena tak mampu ia temukan komedi di dalam tragedi, kemudahan di dalam kesukaran, dan kenikmatan di dalam kesakitan.
Kaya-Miskin itu Sikap Mental
Orang yang punya banyak uang belum tentu kaya. Sebab kaya-miskin itu bukan sekadar punya uang, tetapi juga tentang sikap mental dan cara pandang atas dunia.
Hidup Tetap Berlangsung meski Negara Tidak Ada
Konsep negara (modern) baru berlangsung 3-4 abad terakhir, cuma seujung kuku jika dibandingkan dengan usia kehidupan spesies manusia yang sudah jutaan tahun. Tapi anehnya, baru sekarang banyak orang merasa bahwa politik praktis (baca: pemilu-pemiluan) dianggap sebagai hidup-matinya peradaban. Seolah-olah kalau tidak ada negara, tidak ada pemilu, peradaban akan runtuh, dunia akan kiamat. Padahal kalaupun saat ini semua negara di dunia bubar, besok matahari akan tetap terbit dari ufuk timur.
Beragama Secara Sempit
Ada kelompok manusia yang beragama hanya untuk sibuk berdebat soal salat Subuh harus pakai kunut atau tidak; pakai celana harus di atas mata kaki atau tidak; jidat harus hitam atau tidak; zakat fitrah boleh dengan uang atau tidak; dan hal-hal sejenisnya boleh atau tidak—hingga akhirnya mereka lupa memberi makan anak yatim, menebar cinta kasih kepada sesama, dan tidak turut serta menjaga harta, nyawa, dan harga diri orang-orang di sekitarnya ....
Selasa, 28 Mei 2019
Kolor Kotor
Orang yang belum memahami kompleksitas perasaan manusia akan mudah menghakimi orang lain sebagai tukang selingkuh, pelakor, lonte, lelaki mata keranjang, dsb., dst....
Mereka cuma bergumul di kulit, tak menyelam ke daging, sumsum, hingga jejaring paling halus dalam tubuh.
Senin, 27 Mei 2019
Merayakan Kehancuran
Mengakui bahwa segala sesuatu sedang menuju kehancuran itu jauh lebih baik daripada terus-menerus menipu diri dengan sugesti waralaba semacam "semua akan indah pada waktunya", atau "hari esok kan lebih baik".
Dengan kata lain, mending mempersiapkan diri untuk melewati kerusakan demi kerusakan yang sedang dan akan terjadi ketimbang terus-menerus menyakiti diri sendiri dengan harapan dan angan-angan yang tak bersandar pada kenyataan.
Senin, 29 April 2019
Racun Indonesia
Di Indonesia orientasi seksual dijadikan urusan publik, sementara bumi, air, dan kekayaan alam negeri ini malah diprivatisasi oleh bajingan oligarki, kaum kapitalis, pejabat publik, dan para elite politik. Lalu masyarakatnya dipaksa untuk meyakini bahwa perubahan yang lebih baik akan dihasilkan lewat pemilu yang sedari awal penuh cacat di sana-sini. Racun ngana!
Jodoh itu Temporal
Jodoh setiap orang sesuai dengan kualitas dirinya saat itu. Sedang hidup sangat dinamis dan dialektis. Kualitas diri selalu berubah sesuai proses yang dijalani—seiring waktu dan keadaan. Maka jodoh bukanlah sesuatu yang final melainkan temporal. Bersama dan berpisah itu niscaya.
Minggu, 31 Maret 2019
Irelevansi Demokrasi
Di dalam masyarakat yang mayoritasnya arogan dan tolol, demokrasi takpantas diterapkan. Sebab kebenaran itu logisnya ditentukan oleh suara terlayak, bukan suara terbanyak. Apalagi kalau yang banyak itu orang-orang dungu. Cilaka!
Selasa, 26 Maret 2019
Pengetahuan Begitu Dinamis
Pengetahuan yang tidak mengubah perilaku tidak berguna. Namun, pengetahuan yang mengubah perilaku akan cepat kehilangan relevansinya. Semakin banyak data yang kita miliki dan semakin baik kita memahami sejarah, semakin cepat sejarah mengubah arahnya, dan semakin cepat pula pengetahuan kita ketinggalan zaman.
Penemuan Kebodohan
Penemuan terbesar manusia adalah penemuan kebodohan. Begitu manusia menyadari betapa sedikit yang mereka tahu tentang dunia, mereka akan termotivasi untuk belajar, mencari tahu, dan mengembangkan ilmu yang mereka dapatkan. Dengan demikian sains terus maju.
Pembangunan Kehancuran
Manusia akan gagal membangun rumah di atas pondasi yang keropos. Begitupun membangun negara, akan terus-terusan menemui kegagalan jika pondasinya adalah permusuhan dan perpecahan. Dan jika kondisi ini tetap dipaksakan, yang terjadi hanyalah parade kepalsuan dan transaksi penipuan. Semua akan berakhir pada satu hal: kehancuran!
Mendikte Tuhan
Kebanyakan orang suka mendikte Tuhan. Mereka mendesak Tuhan untuk mengikuti semua keinginan mereka. Bahkan untuk kepentingan politik, ekonomi, bisnis, hingga kezaliman dan kebejatan yang mereka lakukan kepada makhluk lain pun mereka sertakan Tuhan sebagai pembenarnya.
Jual Diri
Semua orang pada dasarnya menjual diri. Menjual barang, ide, pandangan, karya, jasa, tenaga, dan, ya, juga tubuhnya. Namun karena manusia cenderung berpikir cuma di permukaan, maka kebanyakan dari kita memaknai kata "menjual diri" hanya sebagai menjual tubuh.
Itulah akibat dari masyarakat yang hidup di negeri yang lebih mengutamakan politik praktis ketimbang filsafat dan sains.
Belajarlah Memimpin Diri Sendiri Terlebih Dahulu
Banyak orang ingin berkuasa. Sayangnya mereka belum bisa menguasai dirinya sendiri. Banyak orang sibuk bertengkar soal calon pemimpin. Sayangnya mereka belum mampu memimpin dirinya sendiri.
Berbuat Baik yang Baik
Berbuat baik itu baik. Namun, berbuat baik karena disuruh-suruh, diperintah-perintah, diatur-atur, apalagi diancam-ancam, itu jelas buruk.
Biarlah cinta tumbuh secara alami, bukan secara regulasi.
Sirkulasi Kemiskinan
Banyak orang sebenarnya tidak miskin, tetapi mereka suka mengata-katai diri sendiri miskin, akhirnya mereka miskin benaran. Mereka mau membantah itu, tetapi justru bantahan mereka malah semakin menunjukkan bahwa mereka benar-benar miskin.
NARKOLITIK
Sebagaimana narkoba, politik juga candu. Perbedaannya, yang satu diganjar pidana, sedang yang lainnya dianjurkan negara. Tapi efek samping keduanya sama saja. Sama-sama bikin dungu!
Sunyi Penyair Emha
Setiap orang sesekali perlu menyendiri, agar bisa ia dengarkan suara yang paling sunyi. Sebab "hanya sunyi," kata penyair Emha, "yang sanggup mengajarkan kita untuk tak mendua."
Hidup itu Suri
Kehidupan itu mengendap, ia tak benar-benar hidup, tetapi juga tak benar-benar mati. Hidup itu suri: sunyi yang berseri-seri.
Jangan Mematut Diri pada Cermin yang Retak
Ada peribahasa bagus yang baiknya dijadikan bahan renungan di kala sunyi. Begini bunyinya: "Jangan menadah air dari langit tak berawan. Jangan mematut diri pada cermin yang retak."
Di Umur Berapa, Iblis?
Di umur berapa kalian baru tahu kalau iblis sudah pensiun dari pekerjaannya menyesatkan umat manusia lantaran manusia sudah seribu kali jauh lebih hebat dalam menyesatkan dirinya sendiri?
Toleransi dalam Bersalam-salaman dalam Pandangan Cak Nun
Toleransi bukanlah mengucapkan salam berulang-ulang dengan bahasa yang berbeda, namun cukup menggunakan satu bahasa saja (sesuai keyakinan) tetapi disampaikan dengan tulus dan dengan maksud yang baik.
Mengucapkan "assalamualaikum ...", "syalom", "omswastiastu", dan lain-lain berentet dalam satu waktu itu tidak efisien, mubazir, dan buang-buang waktu. Kalau kau yakin salam yang diajarkan agamamu itu tujuannya baik maka cukup pakai saja salam versi agamamu.
Nah yang menjawab juga pakai saja salam versi agamanya. Jadi bebek ya "wekwek", kambing ya "mbeek". Takusah bebek dipaksa "wekwek" sekaligus "mbeek" dan kambing juga dipaksa "mbeek" sekaligus "wekwek".
Biar saja masing-masing orang menggunakan bahasanya sendiri, asal tujuannya baik dan disampaikan tulus dari dalam hati. Itulah pluralisme yang sejati. Setiap orang berekspresi sesuai rasa agamanya sendiri.
Hijrah Ogeb
Setiap saat semua orang berhijrah. Sebab semua orang menghendaki kebaikan pada diri sendiri. Jika ada orang yang malah bertindak sebaliknya: menyakiti dan memperburuk-buruk dirinya, boleh diduga ia terlalu kuat terbelenggu nafsu dan ketololan. Ogeb, kata Edot Ciledug.
Di Luar Kendali Malika
Ada gatal tertentu pada tubuh yang meski digaruk pun tetap gatal. Itulah cara Tuhan memberitahukan manusia bahwa bahkan hal-hal yang terkandung pada dirimu sendiri taksemuanya bisa kaukendalikan, Malika!
Paralaks Filsafat
Mengubah pandangan terhadap realitas adalah bagian dari usaha mengubah realitas itu sendiri.
Kegoblokan Diri
Jika aku mengatakan "kau goblok", ketahuilah bahwasanya aku jauh lebih goblok. Sebab menggoblok-gobloki orang adalah pekerjaan orang goblok. Ialah orang yang takmampu mengendalikan emosi yang ada pada diri sendiri.
Namun, takmasalah-lah kalau hanya untuk mengejar laki-laki lain.
Derita Obsesi Memiliki
Banyak orang menderita di abad ini bukan karena orang lain, tetapi karena diri mereka sendiri.
Mereka cuma berfokus pada memiliki, memiliki, dan memiliki, namun takpernah mau menjadi, menjadi, dan menjadi. Melihat kenyataan ini, Erich Fromm geleng-geleng kepala saja di alam kubur.